Senin, 08 April 2013

Kyai Zul Sambangi Sultan dan Tokoh Lintas Agama di Sumbawa, Dihadiahi Celurit oleh Warga Madura




kyai zul - sultan sumbawa

Kedatangan orang nomor satu di KSB yang juga merupakan kandidat kuat Gubernur NTB 2013-2018 itu merupakan kunjungan informal terkait kegiatan silaturahmi atas undangan pihak keluarga Kerajaan Sumbawa.Sumbawa Besar, Gaung NTB – Bupati KSB yang juga Calon Gubernur NTB, KH Zulkifli Muhadli (Kyai Zul), mengunjungi kediaman Raja Sumbawa, Sultan Kaharuddin IV, di Bala Kuning, Sumbawa Besar, Jum’at (6/4).
Bupati dan rombongan disambut Sultan DMA Kaharuddin beserta istri, serta sejumlah pengurus Lembaga Adat Tana Samawa (LATS).
Dalam pertemuan yang berlangsung penuh keakraban itu, Sultan menjelaskan mengenai sejarah Bala Kuning, serta berbagai benda pusaka milik Kerajaan Sumbawa yang masih tersimpan dan terawat baik di rumah tersebut.
“Rumah ini menjadi saksi sejarah sangat panjang tentang Sumbawa sekaligus bukti keterbukaan dan toleransi Tau Samawa,” jelasnya.
Kyai Zul sendiri terlihat sangat antusias melihat dan mendengarkan penjelasan Sultan tentang foto-foto kenangan tentang sejarah Sumbawa dan berbagai benda pusaka milik kerajaan Sumbawa.
“Sejarah yang luar biasa. Ini tugas kita sebagai generasi penerus untuk tetap melestarikan agar generasi mendatang tahu dan kenal sejarah daerahnya,” ujarnya.
Pertemuan itu hanya berlangsung sekitar satu jam. Sebelum menuju Bala Kuning, Kyai Zul menyempatkan diri memenuhi undangan Keluarga Besar Abdul Majid Datu Ranga yang dihadiri pula oleh tokoh lintas agama, seperti Pastur Gereja Katolik , Pendeta Gereja Protestan dan Pedande dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sumbawa Besar, serta para ketua RT dari seluruh kelurahan Pekat. Silaturahmi tersebut dilaksanakan dihalaman Bala Datu Ranga di Kelurahan Pekat Sumbawa Besar.
Abdul Majid Datu Ranga dalam sambutan penerimaannya, menyatakan kesiapan keluarga besar Datu Ranga dan para tokoh lintas agama di Sumbawa Besar untuk melakukan perubahan bagi NTB yang lebih baik dan sejahtera.
“Kehadiran para ketua RT pada kegiatan silaturahmi ini merupakan wujud dari dukungan para ketua RT untuk pelaksanaan pembangunan berbasis RT di seluruh NTB,” ujarnya disambut aplaus ratusan undangan yang hadir.
Pembangunan berbasis RT (PBRT) merupakan program unggulan KSB yang dicanangkan sejak tahun 2008 sejauh ini memang sudah sangat terkenal dan menjadi ikon system pembangunan yang telah diakui efektifitasnya dalam menggali partisipasi masyarakat untuk pembangunan. Kyai Zul mengakui program tersebut lebih dahulu dikenal dan diakui oleh pemerintah Jerman yang mengundangnya berkunjung ke Negara tersebut pada tahun 2011 lalu.
“Pemerintah Indonesia baru mengakui PBRT pada tahun 2012 dan menjadi salah satu nominator IGA Award,” jelas Kyai Zul.
Ia juga memaparkan sejumlah program lainnya yang telah dilaksanakan di KSB seperti subsidi biaya pendidikan dan santuntan untuk orang tidak mampu dan fakir miskin, penyandang cacat dan Lansia. Tidak kalah penting, pengasuh Pondok pesantren Al Ikhlas Taliwang itu, juga memaparkan pentingnya toleransi antar umat beragama dari persfektif Islam dan persfektif bermasyarakat.
Pada hari yang sama, Kyai Zul dan rombongan juga menyempatkan diri memenuhi undangan dari masyarakat di Desa berare kecamatan Moyo Hilir dan dari warga RW 05 kelurahan Brang Bara. Dalam silutarahmi di RW yang mayoritas dihuni oleh etnis Madura itu, Kyai Zul mendapat cendramata berupa Celurit (senjata khas Madura) dari Suiskandar Nawawi, seorang tokoh masyarakat setempat.
“Sengaja saya serahkan cendramata ini, sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan kami kepada Bapak Kyai Zul. Celurit adalah symbol keberanian. Kyai Zul adalah orang yang sangat berani dan membanggakan kita sebagai Tau Samawa. Sejak NTB terbentuk, baru sekarang ada Tau Samawa yang berani maju mencalonkan diri untuk menjadi Gubernur NTB. Ini suatu kebanggaan dan sepantasnya dicontoh,” ujarnya.
Kyai Zul sendiri menerima celurit tersebut dengan senyum sumringah. Ia menyatakan terharu atas dukungan besar yang diberikan kepadanya.
“Ini senjatanya Joko Tole, Joko Tingkir juga senjata Untung Suropati saat berjuang melawan penjajah. Sekarang akan menjadi senjata saya,” ujarnya sambil mengacungkan celurit dimaksud, disambut aplaus meriah masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar